Melon Eksklusif , Melon Golden Apollo Dan Melon Honey Globe
MELON EKSKLUSIF; Golden apollo dan Honey globe.
Melon eksklusif? Menurut Ir Sobir PhD yang juga dosen di Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, melon eksklusif mengarah pada buah
tanpa jaring alias berkulit kuning atau putih polos dan manis berkadar
minimal 11o briks. Arief Kurniawan, manajer operasional PT Ibana
menambahkan, “Daging buah nonputih, biasanya jingga, tekstur daging buah renyah, dan aroma tak begitu kuat.
Namun, ada pula yang menggolongkan melon
berjaring dan berdaging putih tetap eksklusif. Contohnya sky honey
produksi JK Soetanto, pekebun di Ciputat, Kota Tangerang Selatan,
Provinsi Banten. Penampilan sky honey mirip sky rocket: sama-sama
berjaring dan berdaging putih. Walau harga sky honey di toko buah 10 kali lipat sky rocket, tetap saja laris. Kuncinya kadar kemanisan sky honey tinggi, 18o briks.
Sobir mengatakan melon
eksklusif muncul pertama saat golden langkawi dan apollo dirilis pada
2007. Kini pekebun memiliki banyak pilihan bila hendak mengebunkan melon
eksklusif, seperti adinda, kinanti produksi PT Tunas Agro Persada,
apollo (PT Known You Seed), dan sakata (PT Sakata Seed). Melon-melon
itulah yang kini dibudidayakan para pekebun di berbagai daerah seperti
Bogor, Provinsi Jawa Barat, Cilegon (Banten), Pekalongan dan Sragen (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), serta Lumajang (Jawa Timur).
Mereka berbondong-bondong membudidayakan tanaman anggota famili
Cucurbitaceae itu karena tingginya permintaan pasar sekaligus
menguntungkan. Lihat saja Ade Dwi Adedi yang hingga kini cuma sanggup
memasok total 35-ton kepada dua perusahaan dan satu toko buah per pekan. Itu baru 30% dari total permintaan.
Ketua Kelompok Tani Melon Unggul di Sragen, Jawa Tengah, Setyadi Pramono,
menghadapi “persoalan” serupa. Kelompok itu hanya mampu melayani 20—25
ton rock melon per pekan. Padahal, permintaan membubung hingga 40 ton.
Menurut Arief Kurniawan, permintaan melon ekslusif mencapai 300—450 ton
per bulan. Namun, Ibana baru memproduksi 150 ton.
Selain permintaan tinggi, laba budidaya melon juga menggiurkan. Abdullah, misalnya, memperoleh laba Rp14.345.000 dari budidaya melon
di lahan 2.000 m2 terdiri atas 4.400 tanaman. Ia memanen 4,5 ton
senilai Rp27-juta. Bandingkan ketika ia menanam padi di luasan sama,
hanya panen 810 kg senilai Rp1,62-juta dalam waktu 120 hari. Pekebun di
Desa Kotabumi, Kecamatan Pulomerak, Kabupaten Serang, Banten, itu
mengatakan “Kalau bisa terus-terusan tanam melon (di satu lokasi, red),
saya akan tanam melon.”
Bermitra Aman
Sepintas budidaya melon
tanpa aral. Padahal, sejak budidaya hingga pemasaran beragam hambatan
siap menghadang. Pekebun di Pekalongan, Nining Suhartati sempat
kelimpungan ketika pengepul tiba-tiba menghilang dan batal membeli 7 ton
melon, meski kadar kemanisan memadai. Beragam penyakit dan hama juga terus mengintai Cucumis melo (baca: Jalan Penuh Hambatan halaman 20—21).
Oleh karena itu banyak pekebun melon eksklusif di lahan sempit itu
bermitra atau membentuk sebuah asosiasi. Wahiduddin bergabung dengan
Ikatan Petani Melon Cilegon antara lain untuk menemukan pemecahan persoalan—termasuk serangan hama dan penyakit. Sebulan sekali, anggota asosiasi berkumpul untuk membahas masalah tertentu.
Willy Prasetyo dari Asosiasi Petani
Melon Tani Manunggal (APMM) mengatakan, pekebun perlu berasosiasi agar
pengepul tidak mempermainkan harga sekaligus menjaga stabilitas pasokan.
Dengan bermitra Abdullah dan Asliah tak mencemaskan harga saat panen. “Sejak awal tanam saya sudah tahu harga yang akan saya terima,” kata Abdullah. Bandingkan dengan cabai yang acap kali anjlok di bawah biaya produksi.
“Kalau cabai, meski pasar mudah tapi harganya naik-turun tak tentu,”
kata Amirul Faruk. Oleh karena itu pekebun di Desa Sambilawang,
Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang, Banten, meninggalkan
berkebun cabai
dan beralih menanam melon golden sejak 2010. Ia kepincut menanam melon
golden karena pasar terjamin dan harga stabil. Kini ia menanam 8.500
tanaman di lahan 5.000 m2.
Sebelum terbentuk kelompok tani, harga jual melon kerap anjlok sehingga Setyadi Pramono dan puluhan pekebun lain di Sragen
rugi. “Saat panen raya banyak pekebun berlomba-lomba banting harga agar
pengepul mau membeli. Seandainya seluruh pekebun sepakat menolak
menjual dengan harga rendah, pasti pengepul pun kelimpungan mencari
pasokan,” kata Pramono.
Oleh karena itu ia membentuk Kelompok Tani Melon Unggul. Pria
kelahiran 14 Januari 1977 itu mengatur jadwal tanam, 8.000—12.000 bibit
per pekan, sehingga panen berkelanjutan dan harga stabil. Anggota
kelompok tani memiliki lahan ratarata 3.000 m2 berpopulasi 4.000
tanaman. Artinya, setiap pekan hanya 2—3 pekebun yang menanam. Setelah
berkelompok, Pramono lebih mudah menembus pasar hingga Jakarta, semula terbatas di Jawa Tengah.
Pekebun 34 tahun itu mengajak beberapa pemasok dari Jakarta untuk melihat kebun melon di Sragen. Cara itu ternyata ampuh untuk meyakinkan mereka dan akhirnya berujung kesepakatan kerja sama. Pemasok dari Jakarta yakin kiriman melon berkesinambungan. Menurut manajer produk segar Hypermart di Jakarta Barat, Zoilus Sitepu, ketersediaan pasokan sangat penting terutama untuk komoditas buah yang digandrungi pasar.
Dengan bermitra, para pekebun tak perlu memikirkan pasar. “Asal
syarat kualitas terpenuhi, kami siap menampung berapa pun hasil panen,”
kata Ade Dwi Adedi. Mereka juga tak perlu repot menyewa kendaraan,
karena asosiasi menjemput hasil panen langsung ke kebun.
Kunci : Mutu
Tak selamanya berkebun melon harus bermitra. Pekebun perorangan—tanpa
bergabung dengan kelompok tani—juga dapat mengakses pasar asal mampu
menghasilkan melon bermutu dan memasok secara kontinu. Contohnya JK
Soetanto, pekebun melon di Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, yang
membudidayakan dan memasarkan melon sendiri.
Kunci sukses Soetanto membuka pasar adalah mengembangkan melon
eksklusif, yakni melon berkualitas lebih baik daripada melon di pasaran.
Konkretnya buah mulus dan rasa lebih manis, rata-rata 17—18o briks
untuk muskmelon. Selain itu pioner bisnis sayuran
baby di tanahair itu juga membudidayakan melon cantaloupe asal
Australia, sky honey (Taiwan), honey dew, dan golden apollo—semua dengan
teknologi hidroponik di dalam rumah tanam berkapasitas 70.000 tanaman.
Tujuannya agar tidak perlu berpindah-pindah menyewa lahan. Dengan
hidroponik, kualitas buah lebih prima, buah mulus dan rasa lebih manis.
Itulah sebabnya melon produksi PT Boga Tani tetap laku keras walau harga
tinggi. “Jika kualitas prima, konsumen pun tak akan mempersoalkan
harga,” kata pekebun yang gemar golf itu. Pemilik PT Boga Tani itu
memasok 3-ton melon cantaulope, 1 ton honey dew, 1 ton golden apollo,
dan 500—600 kg sky honey setiap hari.
Contoh lain I Nyoman Sukarata, pekebun melon di Tapos, Kabupaten
Bogor. Ia mampu memasok secara kontinu dari kebun sendiri. Sukarata
membudidayakan jenis eksklusif seperti musk melon dan golden dengan
teknik hidroponik di 11 greenhouse berkapasitas total 13.000 tanaman.
Dari jumlah itu Nyoman mampu memasok rata-rata 1.500 buah musk melon
setara 2—3 ton dan 1 ton melon golden setiap hari.
Saat ini pasar haus pasokan melon golden. Beberapa perusahaan kini
tengah kekurangan pasokan. Menurut Rully Hardiansyah dari PT Mulia Raya
permintaan melon golden mencapai 30—40 ton per minggu. Namun, perusahaan
yang memasok pasar swalayan itu cuma sanggup memenuhi 15—20 ton sepekan
atau separuh dari permintaan. Manajer Pengadaan Buah Lokal PT Sewu
Segar Nusantara, Iwan G Rory menuturkan, dari permintaan 7—10 ton melon
golden per pekan, baru terpenuhi 4—5 ton.
Menurut kepala bagian penerimaan buah pasar swalayan Hokky, Haryanto,
permintaan melon selalu meningkat 20% setiap tahun. Sejak 2005 konsumen
mulai memperhatikan kulit buah sebagai salah satu pertimbangan untuk
membeli. “Tapi tetap harus disertai rasa yang manis,” kata Haryanto. Itulah sebabnya pasar swalayan di Surabaya itu menyediakan beragam varian melon eksklusif, hingga 10 varian. “Dari jumlah itu, konsumen paling gemar melon berdaging jingga,” kata Haryanto.
Berprospek
Permintaan melon eksklusif yang tinggi itu tentu berimbas pada permintaan benih. Menurut country representative Known You Seed Indonesia, William Ang, penjualan benih
apollo mencapai 50 kg per tahun setara 100 ha. Jumlah itu terus
meningkat 20—30% setiap tahun. Deputy Managing Director Known You Seed
Distribution Ltd di Lorong Bakarbatu, Singapura, Hsueh Fang Ching,
menuturkan bahwa melon berukuran besar dan manis seperti golden apollo
paling favorit di Indonesia.
Permintaan benih kinanti juga tak kalah kencang. “Produksi benih kinanti kami tingkatkan dari semula 30 kg menjadi 50 kg per tahun untuk memenuhi kebutuhan pasar,” kata direktur pemasaran PT Tunas Agropersada, Ir Tjipto Legowo. Hingga beberapa tahun mendatang permintaan benih
tetap tinggi akibat konsumsi melon eksklusif yang menjulang. Begitulah
prediksi banyak kalangan seperti Arief Kurniawan dan Ade Dwi Adedi.
Alasannya ceruk pasar melon masih besar dan terus tumbuh. Arief
mencontohkan produksi Ibana mencapai 150 ton per bulan saja belum
mencukupi permintaan pasar di Jawa. Padahal, konsumen melon eksklusif
bukan melulu di Jawa. Para pekebun binaan PT Indominco Mandiri di
Kotamadya Bontang, Kalimantan Timur, membuktikannya dengan menanam melon
golden. Mula-mula para pedagang ogah-ogahan menerima melon eksklusif pasokan pekebun itu.
Namun, dua pekan berselang puluhan pedagang minta pasokan lagi. “Permintaan mencapai 200 kg per pedagang per hari. Mereka rela antre,”
kata Hainun dari PT Indominco Mandiri. “Prospek melon eksklusif itu
sangat besar karena belum banyak yang mengusahakan. Kota-kota lain
seperti Samarinda juga mulai melirik melon eksklusif,” kata Hainun.
Selain pasar domestik, pasar mancanegara juga potensial. Apalagi melon
asal Indonesia berkualitas tinggi.
Fang Ching menuturkan bahwa Indonesia berpeluang memasarkan melon ke Singapura. “Asal kontinu dan harga cocok, karena mutu melon Indonesia lebih bagus,”
kata Fang Ching dari Known You Seed, Singapura. Selama ini Singapura
mengimpor melon dari Malaysia . Harga melon asal Malaysia itu $Sin1,5
setara Rp10.200 per buah. Di pasar swalayan Raffles, Singapura, harga
sebuah melon $Sin5,75 setara Rp45.900 per kg.
Pramono beberapa kali mengirimkan rock melon berdaging jingga ke Singapura dan Hongkong. “Tapi tidak kontinu, kalau ada permintaan saja,”
kata Pramono. Jika sedang ada permintaan, sekali kirim mencapai 20 ton
per pekan. Namun, banyak pekebun yang berkonsentrasi menggarap pasar
domestik nan gemuk itu. Bergabung dengan asosiasi atau menjadi pekebun
mandiri? Apa pun pilihan Anda, berbisnis melon eksklusif saat ini
sungguh sangat manis.
Sumber : http://www.hariansragen.com/wisata/pertanian/melon-eksklusif-melon-golden-apollo-dan-melon-honey-globe/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar